Tuesday 25 December 2012

Artikel Pilihan : Kepada Para Pengusung Dakwah (2. MENINGKATKAN TATAWWUR (KEMAMPUAN PRIBADI)


Series:
1. <BERTAQWA KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA>
2. <MENINGKATKAN TAWATTUR @ KEMAMPUAN PERIBADI>
3. <SEORANG DA'IE PANTANG PESSIMIST @ PUTUS ASA>
4. <PARA DA'IE JANGAN ISTI'JAL @ TERGESA-GESA>
5. <MENJAGA AL-ULFAH @ KASIH SAYANG SESAMA MUSLIM>



Syaikh Dr. Musnid Al Qatthani 
Wasiat bagi para da’i atau orang-orang yang berjalan di atas dakwah. 


2.    MENINGKATKAN TATAWWUR (KEMAMPUAN PRIBADI)
Seorang da’i jangan pernah merasa cukup dengan tsaqafah ( ilmu ) yang dia miliki. Dia harus terus menuntut ilmu dengan bertanya, membaca, mengikuti pelatihan-pelatihan, kajian-kajian atau yang lainnya. Sambil berdakwah atau mengajar juga tetap belajar. Imam Nawawi adalah seorang ulama besar, namun beliau tetap belajar ditengah-tengah kesibukannya mengajar dan berdakwah. Karena ilmu itu tidak bertepi, sangat luas dan tiada batas. Dia bagaikan lautan yang luas tanpa tepi. Oleh karena itu menuntut ilmu itu sampai mati, jangan merasa cukup dengan ilmu yang dimiliki.



Ulama mengatakan bahwa Ilmu itu tiga jengkal. Barangsiapa yang masuk pada jengkal pertama maka dia akan sombong atau takabur. Misalnya satu buku dibaca sudah mau jadi Mufti (Pemberi Fatwa). Dan siapa yang masuk pada jengkal ke dua maka dia menjadi tawadhu’ ( rendah hati ), dia merasa bodoh. Dan barang siapa yang masuk pada jengkal ketiga maka dia akan semakin merasa tidak memiliki ilmu apa-apa

Para Malaikat, Nabi dan Ulama adalah orang-orang yang tawadhu’ dengan ilmunya. Mereka sadar bahwa ilmu yang dimilikinya adalah pemberian Allah  padanya. Hendaklah seorang da’i tawadhu’ dengan ilmunya dan terus berusaha untuk meningkatkan kualitas SDM atau kapasitas ilmiahnya.

Terkhusus dalam mempelajari bahasa Arab hendaknya seorang da’i memperhatikan hal ini dan mengkhususkan untuk mempelajarinya. Jangan pernah merasa lemah untuk memperlajarinya karena bahasa Arab adalah mifhtahul ‘ilmi (kunci ilmu-ilmu syar`i) yang memudahkan seorang da’i untuk mememahami lebih dalam ilmu-ilmu syar’i terutama kandungan Al-Qur’an. Tidak ada halangan untuk tidak mempelajari bahasa Arab, karena sekarang sudah banyak sarana untuk belajar bahasa Arab. Sudah banyak sekolah atau pesantren yang telah mengajarkan dan menerapkan bahasa Arab. belajar bahasa Arab bisa ditempuh melalui kaset-kaset, situs internet atau dengan buku-buku bahasa Arab atau yang lainnya. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana memotivasi diri untuk bisa belajar bahasa Arab.

Seorang Orientalis dari Britton (Inggris) bertemu dengan Raja Faisal, kemudian berkata :” Wahai raja Faisal, saya telah membaca Al Qur’an. Ternyata isinya biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa di dalamnya, dan tidak ada kandungan sastranya”. 
Lalu Raja Faisal bertanya : “ Yang kamu baca Al-Quran terjemahan atau aslinya? 
Dia menjawab : “Terjemahannya”. 
Raja Faisal berkata : “ Oh jelas, jika engkau membaca Al-Quran terjemahan engkau tidak akan merasakan keistimewaannya. Tapi jika engkau membaca Al-Quran aslinya engkau akan mendapatkan banyak keistimewaan, apakah dia mengenai sastranya, tata bahasanya atau nahwunya dan keindahannya yang lain”

Keistimewaan Al-Qur’an sungguh sangat luar biasa. Bahkan sampai sekarang ulama masih terus menggali nilai-nilai dari Al-Qur’an. Misalnya : 

Firman Allah Shubhaanahu Wa Taala dalam surat Al-Maidah ayat 69 Dan di surat Al Baqarah Ayat 62, Firman Allah Shubhaanahu Wa Taala dalam surat Al Baqarah ayat 62 : 


kata "Wasshobiuna" pada surat al-Baqarah dan kata "Wasshobiina" di surat al-Maidah yang dinasab dengan "inna", perbedaannya penyebutan ini masih diteliti oleh ulama. Menunjukkan keluarbiasaan al-Quran. Oleh karena itu, Ia disebut mukjizat abadi, yang terus menantang orang-orang Arab yang fasih dalam bahasa Arab. 

Contoh lain dalam surat Al-Fatihah ayat 6:

“Tunjukilah kami jalan yang lurus”,

Dalam ayat ini kenapa tidak dikatakan   Çá   (ke) sebelum kata  "Shirata" namun didahului dengan kata "ihdina"  ini memberi makna bahwa kita bukan sekedar memohon kepada Allah  untuk menunjuki jalan, akan tetapi juga memohon agar Allah Shubhaanahu Wa Taala senantiasa menetapkan kita di atas kebenaran dalam menempuh jalan tersebut. Karena bisa saja seseorang ditunjuki jalan lurus, namun dia tidak diberi hidayah untuk berjalan di atas kebenaran yang telah di ketahuinya, dan bisa saja ia menempuh jalan yang lurus tersebut namun caranya tidak sesuai dengan sunnah atau syari’at. Demikianlah keistimewaan bahasa Arab. Nikmatnya membaca Al-Quran tidak terasa jika tidak mengerti bahasa Arab. Begitupula dengan hadits-hadits Rasulullah, syair-syair Arab serta karya para ulama, kita dapat merasakan indahnya setelah mengerti bahasa Arab. 



No comments:

Post a Comment