that was back in 1989 when i first read this masterpiece.
old version with old Indonesian spelling.
the book was belong to my late uncle, properly kept under guest bed in one of the bedroom.
ealier last month i glanced at the nostalgic title on a bookshelf at Pustaka Indonesia, 2nd Floor Wisma Yakin where I hold a membership no. #0995, huhuhu. Have to wait until to the very end of year 2012, then I decided that I have to treasure this as one of my must have item.
I was so touched by the melancholic language used. Old phrases.
Zainuddin pun menulis surat pada kekasihnya Hayati
Hayati! .... Apa yang saya lihat kemarin? Mengapa telah berubah pakaianmu, telah berubah gayamu? Mana baju kurungmu? Walaupun adinda orang dusun! Saya bukan mencela bentuk pakaian orang kini, yang saya cela ialah cara yang telah berlebih-lebihan, dibungkus perbuatan 'terlalu' dengan nama mode.
Kemarin, Adinda pakai baju yang sejarang-jarangnya, hampir separoh dada Adinda kelihatan, sempit pula guntung lengannya, dan pakaian itu yang dibawa ke tengah-tengah ramai.
Kakanda percaya, bahwa yang demikian bukan kehendak Hayati yang sejati, Hayati hanya terturut kepada kehendak perempuan zaman kini. Mereka katakan itu kemajuan, padahal kemajuan jauh dari itu. Apakah tujuan kemajua itu kepada perubahan pakaian sampai begitu, Hayati?
Hayati, kehidupanku! Pakailah pakaian yang asli kembali, lekatkan pakaian dusunmu. Maafkan Hayati, bahwa Hayati sangat cantik, dan kecantikan itu bukannya dibantu pakaian, tetapi diciptakan sejak dia dilahirkan.
Jangan marah Hayati. Kau hanya buat saya seorang, bukan buat orang lain. Biarlah orang lain mengatakan kau perempuan dusun, tak kenal kemajuan pakaian zaman kini, kau Hayati...kau hanya untukku seorang.
Zainuddin.
.
Sudah 3x nonton, namun tak pernah cukup utk aq mrsa puas...selalu selalu dn selalu merindu pda kisah TKVDW. Salut pada buya hamka...
ReplyDelete