Tuesday 25 December 2012

Artikel Pilihan : Kepada Para Pengusung Dakwah (1. BERTAQWA KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA)

Series:


Kepada Para Pengusung Dakwah!


Syaikh Dr. Musnid Al Qatthani 
Wasiat bagi para da’i atau orang-orang yang berjalan di atas dakwah. 

1.  BERTAQWA KEPADA ALLAH Shubhaanahu Wa Taala
Seorang da’i harus memulai dari dirinya sendiri, yaitu mendakwahi dirinya sendiri sebelum mendakwahi orang lain. Sebab bagaimana dia akan mendakwahkan agama kepada orang lain sementara dia lalai pada dirinya. 

Allah Shubhaanahu Wa Taala berfirman : 
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS.Al Baqarah :44)

Sasaran dakwah seorang dai yang pertama terhadap dirinya, hendaklah dia berazam :“saya ingin menyelematkan diri saya dahulu”.  

Allah Shubhaanahu Wa Taala telah memerintahkan kepada para RasulNya dan orang-orang beriman untuk senantiasa memulai dakwahnya dari diri dan keluarganya.

Allah berfirman : 
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS.At Tahrim: 6)

Prioritas pertama bagi seorang da’i adalah dia berusaha menyelamatkan dirinya, penghuni rumahnya, keluarganya dari ancaman Allah . Seorang da’i tidak melupakan amalan-amalan pribadi misalnya sholat berjamaah, membaca Al Qur’an, sedekah. Sibuk berdakwah namun melupakan dirinya, keluarganya maka itu bukan dakwah tetapi syahwat atau hawa nafsu. Inilah perbedaan antara dakwah dengan hawa nafsu. 

Nabi dan Rasul adalah para da’i yang diutus oleh Allah Shubhaanahu Wa Taala untuk menyampaikan risalah agama ini. Mereka sibuk berdakwah, sibuk membina umat namun tidak melupakan diri untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan. Mereka bangun malam untuk sholat malam, berdoa kepada Allah  dengan (rohbah wa raghbah) harap dan cemas.

Maka begitulah seharusnya seorang da’i, sibuk mengurus umat namun tidak lupa mengurus diri sendiri. Jangan sampai karena sibuk mengurus dakwah, tapi lupa mentarbiyah diri. Sebagaimana para Nabi yang telah Allah Shubhaanahu Wa Taala utus. Mereka berdo’a kepada Allah Shubhaanahu Wa Taala pada malam hari lalu mereka sibuk mengurus umat pada siang hari.

Begitupula para imam-imam kita. Misalnya Imam Ahmad, beliau sanggup shalat (nafilah) satu hari satu malam 300 rakaat. Imam Syafi’I, beliau sanggup menghatamkan Al Qur’an sekali dalam tiga hari dan dalam bulan Ramadhan 2 kali sehari atau 60 kali dalam satu bulan, beliau bersungguh-sungguh untuk dirinya. Imam Malik, Imam Abu Hanifah mereka tekun beribadah kepada Allah  disamping beliau sibuk mengajar, dan berdakwah namun tidak lupa pada dirinya. 

Ketahuilah pintu-pintu kebaikan banyak sekali, tergantung dari pintu mana kita mau memasukinya. Ada pintu sedekah, jika ada rezki maka kita bisa masuk dari pintu  sedekah. Ada pintu sholat masuklah darinya dengan memperbanyak sholat nafilah. Ada pintu puasa dan masih banyak pintu-pintu kebaikan yang lain. Yang terpenting adalah bagaimana (meriadhoh) melatih diri dengan ibadah-ibadah untuk mendidik (mentarbiyah) diri masing-masing.




Allah Shubhaanahu Wa Taala memasukkan hamba-hambaNya kedalam Surga melalui pintu-pintu yang sesuai dengan amalan-amalan yang telah mereka kerjakan. Bagi hamba yang rajin sedekah dipanggil dari pintu sedakah. Ahli shoum ( puasa) akan dipanggil dari Arraya (pintu) ahli puasa. Ahli Jihad dipanggil dari pintu jihad. 

Para sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam diberikan oleh Allah Shubhaanahu Wa Taala tingkatan-tingkatan dalam beramal. Mereka ada yang rajin berpuasa, ada yang rajin berjihad, mereka sibuk berdakwah. Dalam kesibukan tersebut mereka tidak lupa mentarbiyah dirinya. 

Maka jangan sampai ada (khalal) celah pada diri, yang bisa dimanfaatkan syetan untuk mengoda kita sebagai da’i supaya lupa memperbaiki diri. Oleh karena itu seyogyanya sebagai seorang da’i mentarbiyah dirinya dengan amalan atau ibadan-ibadah yang pintunya banyak sekali untuk menguatkan imannya.

No comments:

Post a Comment