Belajar ialah ikhtiari hamba,
kefahaman ialah hasil kadar usaha hamba dgn izin Nya,
manakala keyakinan dan makrifah ialah kurnia anugerah Nya.
Tiada kata terindah
selain dari hati. Tiada kata yang berkesan selain dari hati. Tiada kata yang
menyentuh hati kecuali dari hati. Sebuah kutipan dari seorang ulama besar di
masa 118 H. Gelar beliau sangat banyak, di
antaranya: Al-Hafizh, Syekh Al-Islam, Fakhr Al-Mujahidin, pemimpin para ahli
zuhud, dan masih banyak gelar lainnya. Beliau habiskan usianya untuk melakukan
safar dalam rangka berhaji, berjihad, dan berdagang. Karena itu, beliau dikenal
dengan “As-Saffar” (orang yang rajin melakukan perjalanan).
Beliau adalah
pembelajar sejati. Beliau sering melakukan perjalanan dan petualangan dalam
mencari hadith, sehingga beliau memiliki guru yang sangat banyak. Di antara
guru beliau adalah Sulaiman At-Taimi, `Ashim Al-Ahwal, Humaid Ath-Thawil, Rabi`
bin Anas, Hisyam bin `Urwah, Al-Jariri, Ismail bin Abi Khalid, Khalid
Al-Hadza`, Barid bin Abdillah, dan masih banyak deretan ulama lainnya. Bahkan,
beliau juga menulis hadis dari orang yang lebih muda atau lebih rendah
tingkatan ilmunya dibanding beliau. Beliau adalah `Abdullah
bin al-Mubarak, pernah mengatakan bahawa:
“Belajar ilmu itu
mempunyai 3 tingkatan:
1) Barangsiapa
yang sampai ke tingkatan pertama, dia akan menjadi seorang yang sombong.
2) Barangsiapa
yang sampai ke tingkatan kedua, dia akan menjadi seorang yang tawadhu`.
3) Barangsiapa
yang sampai ke tingkatan ketiga, dia akan merasakan bahawa dia tidak tahu
apa-apa.”
1) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan pertama,
dia akan menjadi seorang yang sombong.
Dalam hal ini dapat
dijelaskan bahwa manusia penuntut ilmu memiliki beberapa kriteria.
Yang pertama adalah
mereka yang katanya telah mengetahui segala sesuatu, dia merasa angkuh akan
ilmu yang dimiliki.
Tak mau menerima nasihat
orang lain kerana dia telah merasa lebih tinggi. Bahkan dia juga menganggap
pendapat orang yang memberikan nasihat kepadanya, disalahkannya. Selalu mau
menang sendiri, tidak mau mengalah meskipun pendapat orang lain itu benar dan
pendapatnya yang salah.
Terkadang dia
mengatakan sudah berpengalaman karena usianya yang lebih lama namun sikapnya
masih seperti kekanak-kanakan. Terkadang ada dia yang berpendidikan tinggi,
namun dia tak mengerti akan ilmu yang dia miliki. Dia malah semakin
menyombongkan diri, bongkak di hadapan orang banyak. Merasa dia yang paling
pintar dan ingin diakui kepintarannya oleh manusia. Hanya nafsu yang diutamakan sehingga emosi tak dapat dikendalikan maka ucapannyapun
mengandung kekejian.
PENJELASAN: Yang
dimaksudkan dengan sombong bagi peringkat pertama di atas ialah dia merasakan
bahawa kononnya dia sudah tahu banyak perkara.
Lalu dengan perasaan sombong dia mula berani mengatakan itu dan ini,
melabel itu dan ini dan terburu-buru.
Hal ini banyak kelihatan di sekeliling kita.
Ada yang
sombong, angkuh dan besar diri dengan ilmu mereka. Ternyata mereka ini adalah golongan yang baru
di peringkat awal menuntut ilmu. Ramai
di peringkat ini. Bahkan kita semua juga
masih di peringkat ini. Kita selalu
berasa diri sudah hebat dan mengatakan orang lain salah disebabkan mereka tidak
sama dengan pandangan atau pendapat atau ilmu atau pengalaman kita.
Mengetahui
bahawa kita masih di peringkat pertama, justeru bersabarlah. Jangan terlalu lekas melabel. Teruskan belajar dan belajar supaya hikmah
semakin menebal di dalam diri.
2) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan kedua,
dia akan menjadi seorang yang tawadhu`.
Namun adalah
berikutnya sebuah tingkatan yang membuat semua orang mencintanya karena peribadinya
yang mulia meski telah banyak ilmu yang tersimpan di dalam dadanya, ia tetap
merendah hati tiada meninggi.
Semakin dia rendah
hati, semakin tinggi derajat kemuliaan yang dia peroleh. Sesungguhnya karena
ilmu yang banyak itulah yang mampu menjadikannya faham akan hakikat dirinya.
Dia tak mudah merendahkan orang lain.
Senantiasa santun dan
ramah, bijaksana dalam menentukan keputusan suatu perkara. Dia dengan semuanya
itu membuatnya semakin dicinta manusia dan insya Allah, Allah SWT pun mencintainya.
PENJELASAN: Golongan
yang lebih tinggi dari golongan pertama ialah segolongan yang tawadhu` dengan
apa yang ada pada mereka. Mereka
merendah diri dengan ilmu mereka walaupun di dalam dada mereka sudah banyak
ilmu dan pengalaman. Sebenarnya ilmu dan
pengalaman yang banyak itulah yang menyebabkan mereka faham tentang hakikat
ilmu. Lalu mereka berasa tawadhu`.
3) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan ketiga,
dia akan merasakan bahawa dia tidak tahu apa-apa.”
Sedangkan yang
terakhir adalah yang teristimewa. Dia yang selalu merasa dirinya tetap tidak
mengetahui apa-apa meskipun ilmu yang dimilikinya telah memenuhi tiap ruang di
dadanya. Kerana dia telah mengetahui hakikat ilmu dengan sempurna, semakin
jelas di hadapan mata dan hatinya.
Semakin banyak pintu
dan jendela ilmu yang dibuka, semakin banyak didapati pintu dan jendela ilmu
yang belum dibuka. Justru, dia bukan hanya tawadhu`, bahkan lebih mulia
dari itu. Dia selalu merasakan tidak tahu apa-apa, mereka bisa tak berdaya di
dalamnya lantaran terlalu luasnya ilmu yang terlalu luasnya.
.
PENJELASAN: Dan
yang paling tinggi dan hebat akan tingkatan ilmu mereka ialah apabila mereka
merasakan mereka tidak tahu apa-apa. Ini
kerana hakikat ilmu semakin jelas dan nyata di hadapan mata dan hati mereka. Semakin banyak pintu dan jendela ilmu yang
dibuka, semakin banyak didapati pintu dan jendela ilmu yang belum dibuka. Justeru, mereka bukan sahaja tawadhu`, bahkan
lebih mulia dari itu, mereka lalu berasakan mereka tidak tahu apa-apa lantaran
terlalu luasnya ilmu sehingga mereka bisa lemas di dalamnya.
...........................................
ALLAHU
AKBAR! Kata-kata ini cukup dapat
mengetuk jiwa ini! Betapa terzahirnya di
sekeliling kita akan kelompok-kelompok manusia sesuai dengan apa yang disebut
di dalam kata-kata di atas.
Fikirkanlah dan renungkan maksud kata-kata
Ibnu al-Mubarak di atas. Semoga kita dapat bermuhasabah dengannya.
salamun 'alayk
ReplyDeleteoff topic,
ingatkan kamu sudah larut lenyap sejak tahun lepas lagi tetapi tadi seorang hamba Yang Maha Terpuji membawa aku ke sini. senang hati melihat kamu dengan yang lebih ceria.
wassalamun 'alayk
Assalamualaikum....
ReplyDeleteArtikel yang bagus sebagai perenungan bagi kita.
Sukron....
Izin RePost