Monday, 18 February 2013

YANG PENTING ADALAH ENGKAU DILIMPAHI REZEKI ADAB YANG BAIK


My Other Related Entry (Feel Free To Click The Link):

ADAB. AKHLAQ. TASAWWUF




    “Yang terpenting bukannya tercapainya apa yang engkau cari, tetapi yang penting adalah engkau dilimpahi rezeki (ANUGERAH) adab yang baik”

    Dalam ajaran thariqat Sufi,  “Yang terpenting bukannya tercapainya apa yang engkau cari, tetapi yang penting adalah engkau dilimpahi rezeki adab yang baik”  adalah apa yang diinginkan (berjaya), tetapi lebih penting dari itu semua kita dikurniakan adab yang bagus. Baik adab dengan Allah, adab dengan Rasulullah saw, adab dengan para Syeikh, para Ulama, adab dengan sahabat, keluarga, anak dan isteri, dan adan dengan sesama makhluk Allah Ta’ala.

    Apa yang ada di sisi Allah swt, tidak bisa diraih dengan berbagai upaya sebab akibat, namun kita harus mewujudkan adab yang baik di hadapanNya, kerana dengan adab itulah 'ubudiyah akan terwujud. Allah swt, berfirman: “Agar Allah menguji mereka, manakah diantara mereka yang terbaik amalnya.” (Al-Kahfi: 7), Allah tidak menyebutkan bahwa yang terbaik itu adalah yang terbanyak successful story- nya, juga bukan yang terbaik adalah raihan besarnya.

    Rasulullah saw, bersabda: “Taqwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, dan ikutilah keburukan itu dengan kebajikan, sehingga keburukan terhapus. Dan bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik.” (Hr. Imam Ahmad, dan At-Tirmidzy).


    Seluruh proses adab itu adalah menuju keserasian dengan sifat-sifatNya, dan inilah yang disebutkan selanjutnya oleh Ibnu Atha'illah:

    “Tak ada yang lebih penting untuk anda cari di banding rasa terdesak, dan tidak ada yang lebih mempercepat anugerah padamu berbanding rasa hina dan rasa faqir padaNya.”

    Sikap terdesak, hina, fakir, itulah yang membuat anda terus kembali kepada Allah swt tanpa sedikit pun faktor yang menyebabkan rasa tersebut muncul. Dan sebaik-baik waktu tentu saja, – sebagaimana disebutkan oleh  Ibnu Atha'illah dalam Al-Hikam pula – adalah waktu di mana anda menyaksikan sifat memerlukan dan bergantungan anda kepada Allah, dan dikembalikan pada wujud hinamu di hadapanNya.

    Para sufi sering bersyair:

    Adab sang hamba adalah rasa hinanya
    Sang hamba tak pernah meninggalkan adab
    Sang hamba jika sempurna rasa hinanya
    Sang hamba meraih cinta dan kedekatannya.

    Hajat manusia bertingkat-tingkat; Ada hajat dunianya, ada hajat akhiratnya, ada hajat meraih anugerahNya, ada hajat hanya kepada Allah swt, saja.

    Tentu hajat tertinggi adalah menuju dan wushul kepada Allah Ta’ala, dan itu semua harus diraih dengan rasa memerlukan yang sangat, rasa hina dan faqir. Kepada Allah Ta’ala.

    Pernah dikatakan kepada Abu Yazid, “Pekerjaanmu senantiasa dipenuhi dengan rasa bakti, bila engkau menghendakiKu maka engkau harus datang dengan rasa hina dan amat memerlukan.”

    Diantara makna berguna dari rasa memerlukan itu adalah:
    1) Rasa berpaling dari makhluk Allah Ta’ala secara total,
    2) Menghadap Allah dengan total pula,
    3) Sang hamba berhenti di batasNya tanpa membuat pengakuan sedikit pun.

    Tiga hal yang merupakan jumlah kebajikan dan kesempurnaan.

    No comments:

    Post a Comment