Bagi yang bermaksud menunaikan haji, haruslah memperkuatkan niat - yerlah, bakal beroleh haju merdud (ditolak or being rejected or bounced back).
Seharusnya yang bermaksud menunaikan haji pasang tekad seolah-olah dia TIDAK INGIN KEMBALI LAGI, berbaik sesama teman seperjalanan. ... dan ketika dia memasuki ihram dia mengosongkan diri, membersihkan dosa-dosa serta mengenakan busana kesetiaan & kejujuran.
DIA PENUHI PANGGILAN TUHANNYA.
... dan selama di Tanah Haram,
dia hindari perbuatan-perbuatan yang dapat menjauhkannya dari Tuhannya.
dia bertawaf dengan hatinya di sekitar 'Kursy Kemuliaan-Nya'.
dia bersihkan lahir bathinnya saat berdiri di Bukit Safa/.
dia berlari dari kongkongan nafsu serta tidak berharap dari yg telah diharamkan Allah.
dia mengakui dosanya ketika wuquf di Padang 'Arafah
& bertaqarrub (mendekatkan diri) saat di Muzdalifah.
dia melempakan jauh-jauh syahwatnya bersamaan dengan lemparan jumrahnya.
dia sembelih hawa nafsunya serta mencukur dosa-dosanya
dia menziarah ke Baitullah dengan mengagungkan pemilikNya
lalu mencium Hajar Aswad sebagai bukti kerelaannya terhadap ketentuanNya.
dan manakala tiba detik-detik thawaf Wada' (perpisahan), dia tinggalkan selain Allah.
Part 2:
HAJI HAKIKI : bermakna KESEMPURNAAN KEISLAMAN sasaorang muslim itu. Haji ditafsirkan sebagai HAJAT. Maka apabila kita telah berjaya SE –kan diri kita dengan Zat, Sifat, Asma’ & Af’al Allah maka mencapailah kita akan HAJAT. HIDUPLAH DG KEBESARAN ALLAH. SAMPAI LAH IA.
QALBU MUKMIN BAITILLAH iaitu pasangan kepada KA'ABAH zahir di Makkah.
Part 3:
Hakikat Berhaji Menurut Imam Ghazali ; Ketika Tawaf
Yang perlu diperhatikan adalah;
1. Ketika tawaf hati perlu diisi dengan cinta, takut, harap dan pengakuan atas keagungan Allah,
2. Sadar bahwa ada juga lintasan malaikat yang teramat dekat dengan-Nya. Mereka mengelilingi ‘Arasy. Tawaf tidak sekedar jasmani, namun tawaf hati melalui ingat pada Allah SWT.
3. Menyadari kehadiran-Nya, Baitullah adalah symbol pengadilan Ilahi di dunia dan sekedar gerbang menuju alam malakut. Sadar adanya hubungan dengan Bait al-Ma’mur [rumah berpenduduk banyak] yang terletak antara syurga dan ka’bah. Malaikat yang tawaf di syurga mirip dengan manusia yang tawaf di bumi.
4. Bila tidak dapat ‘menlihat’ ini dan melakukan tawaf tingkat ini, maka yang perlu dilakukan adalah melakukan sebaik mungkin, meniru sebaik mungkin. Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa menyerupai suatu golongan, maka ia termasuk dalam golongan tersebut.’ HR. Abu Dawud, sahih. Imam Ghazali menjelaskan bahwa siapa yang mampu melakukan tawaf tingkatan tinggi ini, Ka’bah akan mengunjunginya dan berputar mengelilingi dan hanya orang yang mempunyai kasyaf untuk melihat peristiwa ini, dia orang yang sangat dekat dengan Allah SWT.
Sumber; Ibadah Perspektif Sufistik dari Kitab Ihya Ulumuddin karya Hujjatul Islam, Al Imam Abu Hamid Ghazali. Surabaya; Risalah Gusti. Penerjemah Roudlon, S.Ag. dari Inner Dimensions of Islamic Worship, Muhtar Holland.
No comments:
Post a Comment