Aku tak pernah lupa, lewat mingu-mingu nan berlalu
sa-saorang membentak kepadaku
"Apa ko hengat Allah sayang sangat kat ko?!"
Balasan Allah tiddak selalu ditimpakan di dunia kerana umur dunia di sisi Allah adalah pendek. On the other hand, Allah tidaklah mahu menjadikan dunia sebagai tempat hukuman kepada yang kena hukum sebagaimana Dia tidak mau menjadikan dunia sebagai ganjaran buat kekasih-kekasihNya.
Sekiranya ada bentuk hukuman yang disegerakan di dunia, bentuknya bisa jadi berupa hati yang keras, pandangan yang kelam, terhalang untuk mentaati-Nya, terjebak dalam dosa, tekad yang lemah ... serta tidak merasakan kenikmatan ber'ibadah.
Dalam hadis qudsi, Allah berfirman “Semakin hambaKu mendekat kepadaku dengan sesuatu yang lebih Kucintai daripada kewajiban-kewajiban yang Kubebankan atas dirinya …”.
Penggalan hadith itu berbicara tentang kewajiban manusia. Ada dua macam kewajiban dari Allah atas hamba, yaitu kewajiban lahiriah dan batiniah. Kewajiban lahiriah adalah seperti salat lima waktu, zakat, puasa Ramadhan, haji, amar makruf nahi ,imgkar, berbakti kepada orang tua dsbnya. Sedangkan kewajiban batiniah adalah mengenal Allah, mencintaiNya, bersandar kepadaNya, percaya pada janjiNya, takut dan berharap kepadaNya dll. Kewajiban batiniah terbagi dua, yaitu melakukan dan meninggalkan. Allah menuntutmu untuk mengerjakan dan untuk meninggalkan sesuatu. Bentuk-bentuk kewajiban itu terhimpun dalam ayat Al Quran “Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil, bersikap ihsan dan menyambung tali silaturahmi” (QS 16:90).
Dan dalam ayat yang lain, Allah menyebutkan kewajiban untuk meninggalkan :“Dia juga melarang untuk berbuat keji, mungkar dan melampaui batas”. (QS 16:90).
Selain itu, perlu juga dikemukakan bahwa semua perintah Allah, yang wajib maupun yang sunnah, akan mendekatkan (al-jam’u) hamba dengan Allah. Sebaliknya,semua yang haram dan makruh akan menjauhkan (tafriqah) hamba dariNya. Allah menuntut hamba-hambaNya untuk mendekat kepadaNya. Sarana dan sebab untuk mencapai kedekatan dengan Allah adalah ketaatan. Karena itu Dia memerintahkan mereka untuk menaatiNya. Sebaliknya, maksiat merupakan sebab dan sarana yang menjauhkan manusia dari Allah. Karena itulah Dia melarang mereka melakukan maksiat.
Berbagai kewajiban lahiriah tidak bisa dilepaskan dari kewajiban batiniah. Kewajiban batiniah menjadi syarat dan pendukung kewajiban lahiriah. Tentang hal ini, kita mesti memahami sabda Nabi saw, “Niat seorang mukmin lebih baik daripada amal perbuatannya.”(HR al-Qudha’i dalam Musnad al-Syihab, juga oleh Ibn Asakir. Ia mengatakan bahwa hadis ini garib. Diriwayatkan pula oleh al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir. Al-Haitami berkata : “Para perawinya bisa dipecaya kecuali Hatim ibn Ibad ibn Dinar. Aku belum mengetahuinya”. Dan banyak lagi catatan lainnya).
Sama halnya, dosa batiniah, kecil atau besar, lebih berbahaya daripada dosa lahiriah. Ketika Allah menuntut hambaNya untuk memenuhi berbagai kewajiban maka semua itu menjadi ketetapan Allah atas dirinya. Si hamba tidak dapat memasuki wilayah kewajiban itu kecuali melalui pilihan Allah untuk dirinya. Dengan demikian, kehendak hamba tidak berperan di sini, sebab Allah telah menetapkan persiapan bagi mereka berikut sebab-sebabnya. Ketika seseorang melaksanakan suatu kewajiban, ia tak punya pilihan dan harus mengikuti pilihan Allah untuk dirinya. Karena itulah setiapkewajiban akan mendekatkannya kepada Allah. Inilah makna sabda Nabi saw : “Tidaklah hambaKu mendekat kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Kucintai daripada kewajiban-kewajiban yang Kubebankan atas dirinya”.
Firman Allah dalam kelanjutan hadis qudsi : “Semakin hambaKu mendekat kepadaku dengan amal sunnat, semakin Aku mencintainya.”
Dan hanya kepada Allah aku berserah diri
.
No comments:
Post a Comment