Thursday 27 June 2013

KUNTUM KUNTUM PERADABAN

+cREDITS TO SAHABAT FB SAYA: HARUMAN BUNGA PERADABAN.



BUNGA diri telah hilang dari insan hingga setiap orang sudah tidak miliki keindahan.
Pautan hati tidak ada pada insan. Kaki manusia tergelincir di tengah terang kerana jalan Tuhan sudah tidak ditempuh orang. Mereka berjalan di atas batu-batu licin yang disangka menyelamatkan.

Hampir setiap orang jatuh tersungkur di dalam gaung kehidupan. Setidak-tidaknya jatuh terduduk menyakitkan. Namun manusia tidak cuba mencari jalan menyelamatkan diri, mereka masih lagi mencuba menempuh jalan yang telah memudaratkan, bilakah manusia akan mencari jalan Tuhan? 

Hati insan telah gersang ,ia telah lama kemarau. Sejak kecil, hujan iman dan Islam tidak pernah menyiram ia tidak lagi menumbuhkan sifat-sifat mahmudah yang diwajibkan, yang tumbuh ialah sifat-sifat mazmumah yang tidak diperlukan. Hati laksana bendang yang kering kontang akibat kemarau yang berlarutan. Tidak ada sebarang tanaman yang dapat ditanam. Ladang tidak lagi berkhidmat kepada insan bilakah kemarau akan tamat?

Dengan kebenaran yang kita perjuangkan itu, 
tidak semestinya kita tidak bersalah, kerana kesalahan itu bila-bila boleh berlaku,
walaupun di dalam masa memperjuangkan kebenaran, perjuangan yang salah itu tetap salah, sekalipun yakin menegakkan kebenaran, di dalam kita berjuang jangan anggap kita benar, 
tetapi katakanlah: moga-moga kita di dalam kebenaran, kerana kesalahan itu amat halus, ada yang tersurat dan ada yang tersirat..

.

Sunday 9 June 2013

DZIKIR FIDAA @ DZIKIR TEBUSAN (70,000 LA'ILAHAILLAALLAH TEBUS DIRI DARI API NERAKA)

Dzikir Fida dalam Al Quran dan Hadith

Para Masyayikh al-'Arifun Billah min Saadaatinaa wa Habaa-ibinaa al-Haadiin al-Muhtadiin RA telah menjelaskan dan mengamalkan dzikir fida' guna menebus, membebaskan, melepaskan, menyelamatkan dan mengamankan diri mereka, lebih-lebih keluarga mereka dari siksa api neraka.

Penebusan diri dari api neraka itu telah ada sejak zaman Baginda Habibillah Rasulillah Muhammad   dan berkembang corak dan ragamnya. Kendati demikian, metode yang secara khusus diamalkan oleh para Masyayikh al-'Arifun Billah min Saadaatinaa wa Habaa-ibinaa al-Haadiin al-Muhtadiin RA yang telah masyhur dengan istilah dzikir fida',

Terbahagi menjadi dua metode:


  • Pertama; 'Ataqot al-Shughra, yaitu membaca "Subhanallah wa Bihamdih" seribu kali (1.000 x) dan "Laa ilaaHha illallaHh " tujuh puluh ribu kali (70.000 x), sebagai tebusan dirinya atau keluarganya dari siksa api neraka.



  • Kedua; 'Ataqot al-Kubra, yaitu membaca surat al-Ikhlas sebanyak seratus ribu kali (100.000 x), sebagai tebusan dirinya atau keluarganya dari siksa api neraka. Dan untuk menunjukkan kesungguhan itu semua, mereka memberikan mahar laksana kewajiban mahar dalam pernikahan.


Bahkan diantara ulama salaf ada yang menebus dirinya dari siksa api neraka dengan seluruh harta yang dimilikinya. Dalam memberikan mahar harus ada kesungguhan, apalah artinya dunia jika dibanding dengan keselamatan dan kebahagiaan di akhirat.

Dasar dua metode penebusan diri dari api neraka yang beraneka corak ragamnya itu, kesemuanya telah tersurat dan tersirat dalam nushush (penjelasan) di bawah ini:



1. Firman Allah SWT [Q.S. al-Taubah: 111]: 

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ. [التوبة/111]
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” [Q.S. al-Taubah: 111] 

.✿⊱╮.✿⊱╮.✿⊱╮

2. Firman Allah SWT [Q.S. al-Baqarah: 207]:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ. [البقرة/[207]
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” [Q.S. al-Baqarah: 207]

.✿⊱╮.✿⊱╮.✿⊱╮

3. Firman Allah SWT [Q.S. al-Zumar: 15]:

قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ. [الزمر/15]
“Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat." Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” [Q.S. al-Zumar: 15] 

.✿⊱╮.✿⊱╮.✿⊱╮

4. Rasulullah  bersabda:

الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ. وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلآنِ - أَوْ تَمْلأُ - مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَالصَّلاَةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا. (رواه مسلم)
“Kesucian itu setengah dari iman (yakni segi bathin), Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, Subhanallah Wal Hamdulillah itu dapat memenuhi ruang antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya (yang dapat menyinari hati orang mukmin di muka bumi), shadaqah adalah bukti, sabar (dalam beribadah dan meninggalkan maksiat) adalah cahaya yang gilang gumilang (yang dapat menghilangkan segala macam kesempitan). Al-Qur’an adalah pedoman pokok, bermanfaat untukmu atau berbahaya atasmu. Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya.” [H.R. Muslim] 


Dalam komentarnya, Imam al-Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi    :

"Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya" adalah setiap manusia berusaha dengan dirinya sendiri, lalu di antara mereka ada yang menjual dirinya kepada Allah SWT dengan ketaatannya, sehingga membebaskannya dari siksa. Dan sebagian yang lain menjual dirinya kepada syaithan dan hawa nafsunya dengan cara patuh kepada keduanya, sehingga mencelakakannya."

.✿⊱╮.✿⊱╮.✿⊱╮

5. Dalam Shahih Bukhari, dari shahabat Abu Huraiarah RA, beliau berkata: “Rasulullah  ﷺ berdiri ketika Allah SWT menurunkan ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S. al-Syu’ara: 214)”, beliau bersabda:

“Wahai orang-orang Quraisy, belilah (selamatkanlah) diri kalian (dari siksa), aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah SWT.
Wahai Bani Manaf, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah SWT. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT.

Wahai Shafiyah bibi utusan Allah, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT. Wahai Fathimah putri Muhammad ﷺ,  mintalah apa saja yang engkau inginkan dari hartaku, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT.” [H.R. Bukhari]

.✿⊱╮.✿⊱╮.✿⊱╮


6. Dalam Shahih Muslim, sahabat Abu Hurairah mengisahkan bahwa ketika turun ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S. al-Syu’ara: 214)”, 

Rasulullah  memanggil orang-orang Quraisy, lalu mereka berkumpul. Kemudian Rasulullah    menyampaikan sabda secara umum dan secara khusus, beliau bersabda: 

“Wahai Bani Ka’ab bin Lu’ai, selamatkanlah diri kalian dari api neraka.
Wahai Bani Murrah bin Ka’ab, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi Manaf, selamatkanlah diri kalian dari api neraka.

Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdil Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari api neraka.

Wahai Fathimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Karena sesungguhnya aku tidak kuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian. Hanya saja kalian mempunyai hubungan kerabat, dan aku selalu melestarikannya dengan menyambung dan mempererat (tali silaturrahim dan memuliakan).” [H.R. Muslim]


Yang dimaksud dengan sabda Nabi   “Sesungguhnya aku tidak berkuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian” adalah janganlah kalian mengandalkanku karena kalian mempunyai hubungan kerabat denganku, sesungguhnya aku tidak berkuasa untuk menolak kemadlaratan yang dikehendaki oleh Allah SWT kepada kalian.

.✿⊱╮.✿⊱╮.✿⊱╮


7. Diriwayatkan dari Sayidina Abdullah bin Abbas RA, beliau berkata, Rasulullah  bersabda: “Barang siapa yang tiap pagi membaca “Subhanallahi wabihamdihi” seribu kali, maka sungguh ia telah membeli dirinya dari Allah SWT dan ia di akhir hidupnya menjadi orang yang dimerdekakan oleh Allah SWT.” [H.R. al-Thabrani dalam kitabnya Mu’jam al-Ausath]

Dalam sebagian atsar diriwayatkan bahwa barang siapa mengucapkan Laailaha Illallah tujuh puluh ribu kali, maka hal itu akan menjadi tebusan dirinya dari api neraka. Sayiduna al-Syaikh Muhammad bin Abu Bakar al-Syili Ba’alawi RA berkata: “Ayahku mengumpulkan jamaah, mereka membaca tasbih seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah meninggal, membaca Lailaaha Illallah seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah meninggal.

Penduduk Tarim (Yaman) sangat memperhatikan dan enthusiastic dalam hal ini. Mereka berpesan kepada sebagian yang lain dengan menggunakan harta untuk hal (penebusan) itu. Ayahku adalah orang yang mendorong dan pendiri/pelaksana kegiatan ini. Demikian inilah apa yang dikerjakan oleh kaum sufi dan turun-temurun dari zaman dahulu hingga sekarang. Sebagian dari mereka berpesan agar menjaga dan melestarikannya. Mereka menuturkan bahwa dengan hal itu Allah SWT memerdekakan hamba yang dihadiahi itu sebagaimana tercantum dalam hadits.”


Al-Imam Abu al-Farj Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali menuturkan bahwa sekelompok ulama salaf membeli dirinya dari Allah SWT dengan harta mereka. Di antara dari mereka membelinya dengan menyedekahkan semua hartanya, seperti Habib bin Abi Muhammad. Ada yang menyedekahkan dengan timbangan peraknya sebanyak tiga atau empat kali, seperti Khalid bin al-Thahawi. Dan juga ada yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal kebaikan dan mengatakan: 

“Aku hanyalah seorang tawanan yang berusaha untuk bebas.”, 

seperti ‘Amr bin ‘Uthbah. Sebagian dari mereka membaca tasbih sebanyak dua belas ribu kali setiap hari sesuai dendanya, seolah-olah ia telah membunuh dirinya sendiri, sehingga untuk membebaskan (hukumannya) ia harus membayar dendanya.



Syeikh Abu al-Abbas Ahmad al-Qasthalani RA berkata: “Aku mendengar Syaikh Abu Abdillah al-Qarsyi berkata: 

“Aku mendengar Abu Yazid al-Qurthubi RA berkata dalam sebagian atsar: 
“Barang siapa yang mengucapkan Laailaha Illallah tujuh puluh ribu kali, maka hal itu menjadi tebusannya dari api neraka. Maka aku mengamalkan hal itu karena mengharap berkah janji itu. Lalu aku mengerjakannya dan sebagiannya kupersembahkan untuk keluargaku. Aku mengerjakan beberapa amal untuk simpanan diriku sendiri (di hari kiamat). Pada waktu itu ada seorang pemuda yang bermalam bersama kami, pemuda itu dianugerahi ilmu kasyaf, mampu melihat surga dan neraka. Para jamaah memang menilai pemuda itu sebagai orang yang mempunyai keutamaan walaupun usianya masih muda.


Di dalam hatiku terbesit sesuatu tentang pemuda itu. Kemudian sebagian ikhwan sepakat untuk mengundang dan mengajak kami ke rumah pemuda itu. Kami menyantap makanan dan pemuda itu bersama kami. Tiba-tiba pemuda itu berteriak yang menimbulkan asumsi tidak baik. Pemuda itu berkata: “Wahai paman, ini adalah ibuku sekarang berada di neraka.” Pemuda itu berteriak dengan teriakan yang sangat keras.


Siapapun yang mendengarnya pasti akan mengerti kalau pemuda itu tertimpa masalah yang sangat besar. Setelah aku melihat kepanikan dan kesedihannya, maka aku berkata:
“Hari ini aku akan mencoba untuk bersedekah kepadanya. Lalu Allah SWT memberi ilham kepadaku untuk membacakan Lailaaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali dan hanya Allah sajalah yang mengetahui hal itu. Aku berkata dalam hatiku: “Atsar ini pasti benar dan orang-orang yang meriwayatkan kepadaku adalah orang-orang yang jujur. Ya Allah, Laailaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu ini adalah sebagai tebusan bagi ibu pemuda ini.”

Belum selesai hatiku berkata seperti itu, tiba-tiba pemuda itu berkata: 

“Wahai paman, ibuku ini telah dikeluarkan dari neraka.” Segala puji bagi Allah. Dengan peristiwa itu aku memperoleh dua faidah. Pertama, menguji kebenaran atsar. Kedua, dapat menyelamatkan pemuda itu dan mengetahui kejujurannya.”


Syakhul Akbar Muhyiddin bin al-Arabi pernah berwasiat untuk menjaga dan mengerjakan amalan yang dapat membebaskan seorang hamba dari api neraka, yakni dengan membaca Laailaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali. Karena dengan bacaan sebanyak itu sesungguhnya Allah SWT akan membabaskan seorang hamba dari api neraka atau membebaskan orang yang dihadiahi bacaan itu.


Syaikh Muhammad Nawawi bin ‘Amr al-Jawi RA berkata: “Bacaan Laailaha Illallah sebanyak ini (tujuh puluh ribu kali) disebut ataqat al-sughra (pembebasan kecil), sebagaimana halnya surat al-Ikhlash ketika dibaca sampai seratus ribu kali disebut ataqat al-kubra (pembebasan besar), walaupun hal itu dilakukan pada jarak beberapa tahun, karena tidak disyaratkan untuk berturut-turut.


والله أعلم بالصواب وإليه المرجع والمآب . وصلى الله على سيدنا وحبيبنا وقرة أعيننا ومولانا محمد صلى الله عليه وآله وسلم وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا الى يوم الدين , والحمد لله ربّ العالمين .


.✿⊱╮.✿⊱╮.✿⊱╮

Sumber : Muhammad Khudhori al-Tsubuty
+Credits to: SUFI ROAD

Tuesday 4 June 2013

ANFAS, TANAFFAS, ANFUS, NUFUS (KUPASAN OLEH ENCIK RIJALUL GHAIB)



Anfas bermula dia masuk melalui hidung, berhenti di halkum
Dia tak keluar
Dari halkum di hantar menuju hati di sebut tanaffas
Ini juga tak keluar.
Hasil dr masuk dr hidung ke hati tadi… keluar kembali menuju hidung itulah nafas
Dari anfas menuju tanaffas - melewati nafas lalu berhenti di hati, itulah nufus.
Jadi yg keluar dgn yg masuk tak sama, berbeda.

Banyak org beranggapan bahawa nafas itu keluar masuk, sebetulnya tidak.
Sebetulnya dia mempunyai tugas tersendiri
Anfas masuk 
Nafas keluar

Anfas & nafas erat hubungannya
Tanaffas & Nufus sangat intim kedekatannya
kerana anfas & nafas dia hanya berhenti sekejap atau transit dalam tubuh
kerana dia masih melalui masuk & keluar, itulah perumpamaan kita di dunia ini menuju akhirat.
Di mana anfas melambangkan dunia, dan nafas melambangkan akhirat masuk ke alam dunia keluar menuju alam akhirat
Itulah salah satu jalan mengenal diri kita.

Selanjutnya hubungan intim kedekatan antara tanaffas & nufus:
Tanaffas yg dihantarkan dr halkum ke hati melambangkan kehidupan di akhirat nanti
artinya kita tak kembali lagi ke alam dunia

makanya dia tak keluar dr tubuh kita.
hasil kombinasi dari anfas, tanaffas&  nafas menjadilah dia nufus
Dialah tempat perhentian terakhir di dalam hati.

Itulah melambangkan kehidupan di yaumil akhir nanti. (tempat perhentian terakhir)

Dari 4 perkara ini, apabila seseorag memahami makna ini semua,
maka ia akan mengenal dirinya
kerana sebelum dia mahu mengenal Tuhannya terlebih baik dia mengenal mengenal dirinya.
Inilah maksud dari hadith nabi kita.

Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu

Jadi sesungguhnya… tidaklah susah bagi kita utk mengenal diri kita ini melalui alam.
Terlebih dahulu kit amengenal diri kita, dalam tubuh kita.
Selepas itu baharulah kita mengembangkan pemikiran atau pehamanan dui luar tubuh kita.
iaitu mengenal alam semesta.
Kerana Allah menciptakan alam ini, sebagai medi akita utk mengenalNya, tidaklah sia-sia alam ini diciptakan Tuhan
kalau bukan sebagai media mengenalNya]
Keran alam terbahagi 2: Alam saghir & alam kabir

Sesungguhnya alam semesta ini disebut juga alam musyahadah kerana dia tempat 
penyaksian. Sering disebut orang alam nyata, ini masih masuk kategory kecil.

Yang dimaksud dengan alam kabir (alam besar) iaitu adalah diri kita.
Kerana dia berada di dalam diri kita.
7 petala langit dan 7 petala bhumi ; syurga dan neraka ~ ada dalam diri kita.

Bagi siapa mengenal alam kabir dan dirinya maka di aakan mengenal pula semua
isi alam musyahadah.
Inilah kajian ilmu tahkik yang diajukan orang terdahulu melalui mulut ke mulut.
Kerana ilmu tahkik itu bersumber pada Rasulullah saw.

Maksud ilmu tahkik itu ialah ilmu kebenaran.
Untuk membzakan mana yang haqq mana yang bathil
kerana Allah bersifat Al-Haqq dan makhluq bersifat bathil.

Kajian ilmu mengenal diri melalui nafas, anfas, tanaffas dan nufus itu
terlebih mudah kita memahamkannya kerana ia mengikuti methode tarkik (menanjak)
sama halnya dengan kita mengenal Allah melalui methode yang sama;
iaitu af'al, asma' dzat dan sifat.

(BELUM HABIS, TO BE CONTINUED ~ BIIZNILLAH)