Sunday 30 December 2012

PESANAN SAYYIDINA 'UMAR AL-KHATTAB R.A.


1.
Siapa yang menjaga percakapannya dianugerahkan kepadanya hikmah.
Siapa yang menjaga penglihatannya dianugerahkan kepadanya hati yang khusyuk.
Siapa yang menjaga makanannya dianugerahkan kepadanya kelazatan dalam beribadah.
Siapa yang bersabar di atas ujian, Allah sempurnakan sabarnya lalu memasukkannya ke dalam Syurga mana yang dia suka.
Siapa yang menjaga daripada ketawa dianugerahkan kepadanya kehebatan.
Siapa yang menjaga daripada bergurau dianugerahkan kepadanya keelokan atau kemuliaan.
Siapa yang meninggalkan cinta dunia dianugerahkan kepadanya dapat melihat kesalahan sendiri.
Siapa yang meninggalkan kesibukan mencari kesalahan pada perbuatan Allah, dianugerahkan kepadanya pelepasan daripada nifak.





2. Jika tidaklah kerana takut dihisab sesungguhnya aku perintahkan kamu membawa seekor kambing untuk dipanggang di depan pembakar roti ini.


3. Siapa takut kepada Allah SWT, nescaya marahnya tidak dapat dilihat. Dan siapa takutkan Allah, kehendaknya akan ditunaikan.


4. Wahai Tuhan, jangan Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad SAW di tanganku.




5. Termaktub dalam sepucuk surat khalifah Umar kepada Abu Musa Al Asyaari:


“Milikilah sifat sabar. Sifat sabar itu ada dua. Sabar yang pertama lebih afdhal dari sabar yang kedua iaitu sabar dalam meninggalkan larangan Allah SWT dan sabar dalam menghadapi musibah. Ketahuilah bahawa sabar itu sangkutan iman (orang yang bersabar akan mendapat iman) kerana kebajikan yang paling utama adalah taqwa dan taqwa hanya dapat dicapai dengan sabar.”


.

Penjabaran Makna Nama Allah Azza Wa Jalla AL-KARIM (Tauhid Asma' wa Sifat)


Ustadz DR. Ali Musri Semjan Putra. MA
MAKNA AL-KARIM DARI TINJAUAN BAHASA
Berikut ini beberapa penjelasan para ulama pakar bahasa Arab mengenai makna al-Karîm:

Ibnu Fâris rahimahullah menyebut bahwa asal kata karom (bentuk noun kata al-Karîm) menunjukkan dua makna, salah satunya adalah kemuliaan[1].
Ibnu Qutaibah rahimahullah berkata,
 “al-Karîm artinya pemaaf. Allah Azza wa Jalla adalah al-Karîm yang memaafkan dosa para hamba-Nya yang beriman”[2].
Al-Azhari rahimahullah mengartikannya dengan: 
” al-Karîm salah satu dari sifat Allah Azza wa Jalla dan nama-Nya. Maknanya, yaitu dzat yang sangat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah, pemberi nikmat dan keutamaan”. al-Karîm adalah nama yang mencakup segala sifat yang terpuji. Allah Azza wa Jalla adalah al-Karîm (Maha Mulia) amat terpuji segala perpuatan-Nya.[3]
Ibnu Manzhûr rahimahullah menjelaskan: 
” al-Karîm salah satu dari sifat Allah Azza wa Jalla dan nama-Nya. Yakni dzat yang amat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah lagi pemberi. Pemberian-Nya tidak pernah habis. Dia-lah Dzat Yang Maha Mulia secara mutlak. al-Karîm adalah nama mencakup segala kebaikan, kemuliaan dan keutamaan. Nama ini juga menghimpun segala hal yang terpuji. Allah Azza wa Jalla mempunyai nama al-Karîm (Maha Mulia) artinya amat terpuji dalam segala perpuatan-Nya, Rabb yang memiliki ‘Arsy yang mulia lagi agung”[4].



PENJABARAN MAKNA NAMA ALLAH AL-KARIM
Jika kita mencermati nama al-Karîm dalam al-Qur’ân, nama Allah Azza wa Jalla yang mulia ini terulang sebanyak dua kali. Pertama, dalam surat an-Naml/27:40:
فَلَمَّا رَآَهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
“Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
Tempat kedua, dalam surat al-Infithâr/82:6: Allah Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ
“Hai manusia, apa yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Rabbmu Yang Maha Pemurah”.

Pada ayat surat an-Naml di atas, Allah Azza wa Jalla menceritakan tentang perkataan Nabi Sulaiman Alaihissalam saat beliau menyaksikan wujud istana ratu Balqis di hadapannya. Pemberian Allah Azza wa Jalla tersebut dinilai oleh Nabi Sulaiman guna menguji rasa syukurnya pada Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat yang diberikan kepadanya. Lalu, ayat ini ditutup dengan dua nama Allah Azza wa Jalla yang mulia al-Ghani (Maha Kaya) dan al-Karîm (Maha Mulia). 

Kedua nama ini sangat erat dengan konteks awal ayat tersebut. Siapa saja yang mau bersyukur, sikap tersebut tidak akan menambah kekayaan Allah Azza wa Jalla karena Allah Maha Kaya. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mau bersyukur tidak akan mengurangi kekayaan Allah Azza wa Jalla. Demikian pula, barangsiapa yang bersyukur akan mendapat balasan dari al-Karîm (Yang Maha Pemurah) balasan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Allah Azza wa jalla tetap senantiasa memberi rezeki bagi mereka. Hal ini seperti termaktub dalam firman Allah:
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya AllahMaha Kaya darimu (tidak memerlukanmu) dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi para hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai kesyukuran itu bagimu” [az-Zumar/39:7]

Barangsiapa bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa mengingkari (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Kaya lagi Maha Mulia. Allah Azza wa Jalla memberi bukan karena membutuhkan makhluk tapi karena Allah Azza wa Jalla mempunyai nama al-Karîm (Maha Pemurah).

Adapun pada ayat surat al-Infithâr, Allah Azza wa Jalla bertanya kepada manusia, apa yang membuat mereka teperdaya untuk selalu berbuat durhaka kepada Allah Azza wa Jalla. Padahal, Allah Azza wa Jalla senantiasa mencurahkan berbagai nikmat dan rahmat bagi mereka. Karena Allah bersifat Maha Pemurah terhadap seluruh manusia. Tidaklah pantas manusia berlaku demikian, karena Allah al-Karîm (pemurah) terhadap mereka.
Al-Karîm adalah yang mulia dalam segala hal, yang amat banyak pemberian dan kebaikannya, baik ketika diminta maupun tidak. Nama al-Karîm menunjukkan kesempurnaan kemuliaan Allah Azza wa Jalla dalam zat dan segala sifat serta perbuatan-Nya:
1. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam dzat-Nya. Tidak ada cacat sedikit pun dalam dzat Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya dzat Allah k Maha Indah.
2. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam segala sifat-Nya. Tidak ada sifat jelek pun pada Allah. Sesungguhnya sifat-sifat Allah amat sempurna dalam segala maknanya.
3. Allah Azza wa Jalla juga Maha Mulia dalam segala perbuatannya. Tidak ada cacat dalam perbuatan Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya segala perbuatan Allah Azza wa Jalla penuh dengan berbagai hikmah yang luas.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Nama Allah al-Karîm mencakup makna kedermawanan, juga makna kemuliaan dan keluhuran, serta bermakna kelembutan dan memberi kebaikan” [5].

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Secara global, makna al-Karîm adalah dzat yang suka memberi kebaikan yang banyak dengan amat mudah dan gampang. Lawannya, orang pelit yang amat sulit dan jarang mengeluarkan kebaikan “[6].

Diantara makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla berbuat baik kepada seluruh makhluk tanpa sebuah kewajiban yang mesti mereka kerjakan. Semua kebaikan yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada makhluk adalah semata-mata atas kemurahan-Nya kepada para makhluk.

Kemudian, sebagai (cermin) sifat karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memaafkan sesuatu hak yang wajib diserahkan kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla memaafkan dosa para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban kepada Allah. Karena nama Allah al-Karîm beriringan dengan nama Allah al-’Afuww (Maha Pemberi Maaf), seperti tertuang dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha , ia berkata: “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika seandainya aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan?” Beliau bersabda: “Ucapkanlah: Ya Allah sesungguhnya engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau mencintai sifat pemaaf, maka ampunilah aku”. [HR. at-Tirmidzi 5/534, dan dishahîhkan al-Albâni]

Disamping itu, jika seseorang bertaubat dari kesalahannya, Allah Azza wa Jalla menghapus dosanya dan menggantikan kesalahan tersebut dengan kebaikan. Allah Azza wa Jalla berfirman:
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [al-Furqân/25:70]

Begitu juga, sebagai cermin karom-Nya, Allah Azza wa Jalla senantiasa memberi, tanpa pernah terhenti pemberian-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin” [Luqmân/31:20]

Demikian pula sebagai bentuk karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memberi nikmat dari semenjak pertama meskipun tanpa diminta. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan berapa banyak binatang yang tidak membawa rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [al-'Ankabût/29:60]

Sebagai cermin sifat karom-Nya yang lain, Allah Azza wa Jalla memberi berbagai kebaikan tanpa mengharap pamrih, karena Allah Azza wa Jalla bersifat Maha Pemurah secara mutlak. Allah Azza wa Jalla berfirman:
مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Aku tidak menghendaki rezki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh”. [Adz-Dzâriyât/51:57-58]

Termasuk pula dalam makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla memerintahkan para hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan berjanji akan memperkenankan permintaan mereka. Bahkan memberitakan mengenai pemberian lain diluar permintaan mereka tersebut. Sebaliknya, akan marah kepada orang yang tidak berdoa kepada-Nya. Karena Allah itu Maha Pemurah. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Rabbmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” [Ghâfir/40:60]
Jadi intinya, pengertian nama al-Karîm adalah yang memiliki segala macam kebaikan dan kemuliaan serta keutamaan[7].

ALLAH AZZA WA JALLA MENAMAKAN AL-QUR’AN DENGAN NAMA AL-KARIM
Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa kitab suci al-Qur’ân kalamullah adalah kitab yang Karîm (mulia). Allah Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّهُ لَقُرْآَنٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia” [al-Wâqi'ah/56:77]
Dijelaskan oleh para ulama, alasannya karena al-Qur’ân adalah kalâmullah (perkataan Allah Azza wa Jalla), mengandung kebaikan yang begitu banyak. Di dalamnya terdapat petunjuk yang lurus, keterangan yang jelas, ilmu yang berguna dan hikmah yang banyak [8]. Segala kebaikan terjamin dengan menjalankan isi Al Quran tersebut.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, “Allah Azza wa Jalla menyebutkan sifat al-Qur’ân dengan sesuatu yang menunjukkan keindahan, limpahan kebaikan juga manfaat serta keagungannya. Karena al-Karîm adalah sesuatu yang sarat dengan kebaikan yang amat banyak lagi agung manfaatnya. Dan al-Qur`ân sendiri, ditinjau dari segala segi merupakan yang terbaik dan paling afdhal. Maka, Allah Azza wa Jalla mensifati diri-Nya dengan sifat al-Karam (kemuliaan) serta mensifati kalam dan ‘Arasy-Nya dengan sifat karam pula. Dan juga memberikan sifat tersebut sesuatu yang banyak kebaikannya dan indah bentuknya…”
Al-Azhari rahimahullah berkata, “Al Qur’ân disebut al-Karîm karena kandungannya akan berbagai petunjuk, penjelasan, ilmu dan hikmah” [9].
Al Qur’ân yang mulia ini dibawa oleh malaikat yang mulia pula yaitu Jibril Alaihissalam, sesuai dengan firman Allah Azza wa Jalla
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
“Sesungguhnya Al Qur’ân itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril)” [at-Takwîr/81:19].
Kemudian Al Qur’ân yang mulia tersebut disampaikan oleh malaikat yang mulia kepada rasul yang mulia pula, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
“Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia..” [al-Hâqqah/69:40]
Berdasar ayat di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut sebagai utusan yang karîm (mulia) karena Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki akhlak yang mulia, membawa kitab yang mulia, mengajak manusia kepada segala hal yang mulia, baik dalam hal keyakinan maupun amalan.
Demikian pula, ‘Arsy Allah Azza wa Jalla adalah makhluk yang mulia. Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
“Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Rabb (Yang memiliki) ‘Arsy yang mulia.”. [al-Mukminûn/23:116]
Karena ‘Arsy merupakan makhluk yang paling besar dan paling tinggi di atas seluruh makhluk. Segala kemuliaan yang terdapat pada makhluk adalah atas pemberian Allah Azza wa Jalla Yang Maha Mulia. Hal tersebut menunjukkan akan kemulian makhluk tersebut di sisi Allah, melebihi makhluk-makhluk lainnya.
Surga yang dipenuhi berbagai macam kenikmatan, segala nikmat yang terdapat di dalamnya melebihi segala apa yang ada di dunia. Yang disediakan bagi orang-orang yang memiliki sifat mulia. Allah Azza wa Jalla berfirman:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. [an-Nisâ/4:31]

BEBERAPA PELAJARAN YANG DAPAT KITA AMBIL MELALUI NAMA ALLAH AZZA WA JALLA AL-KARIM

Selanjutnya, berikut ini beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari mengetahui dan memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm. Perkara ini merupakan tujuan yang sesungguhnya bagi seorang muslim ketika memahami nama-nama Allah Azza wa Jalla tersebut. Agar nama al-Karîm benar-benar memberikan pengaruh positif bagi peningkatan iman dan perbaikan ibadah dan akhlak seorang muslim dalam kehidupannya sehari-hari. 


Dengan memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm akan menumbuhkan sifat-sifat yang mulia dalam diri seorang Muslim, diantaranya:


1. Menanamkan sifat mulia dalam diri seorang muslim, karena Allah Maha Mulia dan mencintai orang yang bersifat mulia.
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Makhluk yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla adalah orang yang mampu menghiasi diri dengan sifat yang merupakan penjabaran dari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia makam Dia Azza wa Jalla mencintai orang yang memiliki sifat mulia dari para hamba-Nya”[10] .

2. Menanamkan sifat pemurah dalam diri seorang muslim. Karena diantara makna al-Karîm adalah Maha Pemurah. Tentu Allah Azza wa Jalla amat mencintai orang yang bersifat pemurah. Dan Allah Azza wa Jalla membenci orang yang bersifat kikir. Allah Azza wa Jalla berfirman:
هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini”. [Muhammad/47:38]

3. Menumbuhkan rasa cinta yang dalam pada diri seorang muslim kepada Allah Azza wa Jalla . Karena Allah Azza wa Jalla bersifat Maha Pemurah. Allah Azza wa Jalla memberi nikmat tanpa batas kepadanya meskipun tanpa diminta.
4. Wajibnya memuliakan kitab Allah Azza wa Jalla, al-Qur’ânul Karîm. Karena, al-Qur’ân adalah kalam Allah Azza wa Jalla yang mulia, yang diturunkan melalui perantara malaikat yang mulia kepada Rasul yang mulia.
5. Wajibnya memuliakan malaikat-malaikat Allah Azza wa Jalla, diantaranya malaikat Jibril. Barang siapa yang membencinya, maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman :
مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ
“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir”. [al-Baqarah/2:98]
6. Wajibnya mencintai para rasul Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa yang membenci salah seorang diantara mereka, maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla, sesuai dengan kandungan ayat di atas.
7. Menumbuhkan sifat suka memuliakan tetangga dan tamu, sesuai anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
8. Menumbuhkan sifat suka pemaaf, karena Allah Azza wa Jalla menyukai sifat pemaaf.
9. Mendorong kita untuk selalu berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Karena Allah Azza wa Jalla Maha Pemurah terhadap hamba-Nya. Allah Azza wa Jalla malu mengembalikan tangan hamba yang diangkat saat berdoa dalam keadaan kosong. Karena nama Allah al-Karîm bergandengan dengan nama Allah Azza wa Jalla al-Hayiyyu sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ.
“Sesungguhnya Allah Maha Malu lagi Maha Mulia, Allah malu apabila seseorang mengangkat kedua tangannya kepada-Nya mengembalikannya dalam keadaan kosong lagi merugi”. [HR. Abu Dâwud dan at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albâni]

Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita orang yang bersifat mulia lagi pemurah. Dan menjadikan kita orang yang mencintai segala hal yang mulia, baik berbentuk keyakinan, ucapan maupun tindakan dan perbuatan. Wallahu A’lam.

---------------------------------------------------------------------
[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Puwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183, Telp. 0271-761016]
Sumber: almanhaj.or.id
Eva Talya +Credits to : Madrasah Ibnu Abbas As-Salafy Kendari

________
Footnotes.
[1]. Mu’jam Maqâyîs Lughah (5/139)
[2]. Ibid (5/139)
[3]. Tahdzîbul Lughah(3/374)
[4]. Lisânul ‘Arab (12/510)
[5]. Bayân Talbîs Jahmiyah (1/196).
[6]. At-Tibyân: 140.
[7]. Shahîh al-Bukhâri (4/1713)
[8]. Tafsir al-Baghawi (8/22)
[9]. at-Tibyân hal. 140.
[10]. al-Wâbil ash-Shayyib hal. 49.

TAAT ADALAH JALAN BERKAT, DIMULAI DENGAN 'MELAKUKAN'

Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahiim


Taat... adalah jalan berkat... yang dimulai dengan 'melakukan'... make a move, take action.
Satu-satunya cara mendekatkan diri kepada Allah SWT ialah mentaati-Nya. 

Mentaati Allah bermakna melaksanakan yang wajib dan yang sunnah serta meninggalkan yang haram dan makhruh.

Rules nya ialah - prioritize the category. Mendahulukan yang wajib atas yang sunnah. Weightage concept ~ Lebih menjauhi yang haram dari yang makruh.

Berbeza dengan apa yang ada berlaku di kalangan ummat sekarang yang bersangka-sangka mereka dekat dengan Allah SWT,  padahal sebenarnya mereka jauh. Meninggalkan perkara wajib untuk melaksanakan amalan sunnah, dan melakukan perkara haram kerena ingin menjauhi perkara makruh.


Tak kurang pula ada yang beribadah dengan hati yang menyimpan riya', hasad, sombong dan ujub:

"Iaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya" [Surah al-Kahf [18]:104]

Betapa banyak orang memandang sesuatu yang tak boleh dipandang, membicarakan sesuatu yang tak layak dibicarakan, dan meremahkan sesuatu yang tak patut diremehkan?

Taqwa itu ada 2 jenis.
Pertama, berkenaan dengan sikap hati, yang terdiri dari dua macam:

1]. Wajib, seperti iman dan ikhlas dalam melakukan
2]. Haram, seperti riya' dan pengagungan berhala


Kedua, berkenaan dengan perbuatan anggota badan, seperti pandangan mata, sentuhan tangan, gerakan kaki dan ucapan lidah

.

Thursday 27 December 2012

. . . Memanjatkan Pengharapan-Pengharapan


Kekasihku, terjalin cinta dan kalimah 
Kekasihku, terjalin cinta dan kalimah 
Segala isi bumi, restui pengabdian ku
Kekasih…

Kekasihku, terjalin cinta dan
Oh kalimah…


يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمِ
يَا بَدِيْعُ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ
يَا ذَااْلجَلَالِ وَاْلِاكْرَامِ
لَا اِلَهَ اِلَّا اَنْتَ
بِرَحْمَتِكَ اَسْتَغِيْثُ
اَصْلِحْ لِيْ شَاْ نِيْ
وَلَا تَكِلْنِيْ اِلئَ نَفْسِي
طَرْفَةَ عَيْنِ


Wahai Dzat yang Maha Hidup dan berdiri sendiri,
wahai Pencipta langit dan bumi,
wahai Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan,
tiada Ilah selain Engkau
dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan,
perbaikilah semua keadaanku
dan jangan Engkau biarkan aku sendirian
walaupun sekejap mata.
اللهم اجعلني صبورا
واجعلني شكورا
واجعلني في عيني صغيرا
وفي اعين الناس كبيرا

Ya Allah jadikanlah aku orang yang penyabar
dan jadikanlah aku orang yang pandai bersyukur,
dan jadikanlah aku dalam pandanganku kecil
dan dalam pandangan manusia besar.
رب اغفر وارحم
واهدني السبيل الاقوم


Ya Rabb, ampuni dan sayangilah aku
serta bimbinglah aku ke jalan yang kukuh.

اللهم لا تدع لنا ذنبا الا غفرته
ولا عيبا الا سترته
ولا هم الا فرجته
ولا دينا الا قضيته
ولاحاجة من حوائج الدنيا والاخرة هي لك رضا
ولنا صلاحا الا قضيتها
يا ارحم الرحمين


Ya Allah jangan Engkau biarkan dosa kami kecuali Engkau mengampuninya,
dan jangan pula Engkau biarkan aib kami kecuali Engkau menutupinya,
dan tidak pula duka cita kecuali Engkau melepaskannya,
dan tidak pula engkau membiarkan hutang kecuali melunasinya,
dan tidak pula hajat dari hajat-hajat dunia dan akhirat 
yang Engkau ridha padanya
dan baik bagi kami melainkan Engkau tunaikan.
Wahai Yang Maha Pengasih di antara para penyayang.

اللهم اني اسالك العفو والعافية
والمعافاة الدائمة في الدين والدنيا والاخرة
اللهم اغفر لي جميع ما مض من ذنوبي
واعصمني فيما بقي من عمري
وارزقني عملا زاكيا ترض به عني


Ya Allah, 
sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kemaafan dan kesihatan
dan pemeliharaan yang berkesinambungan 
dalam hal agama, dunia dan akhirat.
Ya Allah ampunilah semua dosa-dosaku yang telah lalu
dan peliharalah apa-apa yang tersisa dari umurku
dan karuniakanlah kepadaku amalan yang suci 
yang Engkau ridhai dariku.

اللهم حبب الينا الايمان
وزينه في قلوبنا
وكره الينا الكفر والفسوق والعصيان
واجعلنا من الرشدين


Ya Allah jadikanlah kami mencintai keimanan
dan hiasilah hati kami dengannya,
dan tanamkanlah dalam diri kami kebencian 
kepada kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan
dan jadikanlah kami orang-orang yang mendapat petunjuk.
.
اللهم طهر قلبي من النفاق وعملي من الرياء
ولساني من الكذب وعيني من الخيانة
انك تعلم خائنة الاعين وما تخفي الصدور


Ya Allah bersihkanlah hatiku dari kemunafikan dan amalku dari sifat riya
dan lisanku dari dusta serta mataku dari khianat ;
sesungguhnya Engkau mengetahui pengkhianatan setiap mata
… dan apa-apa yang tersimpan dalam dada.

اللهم اني اسالك الجنة
وما قرب اليها من قول وعمل
واعوذ بك من النار
وما قرب اليها من قول وعمل
واسالك ما قضيت لي من قضاء
ان تجعل عاقبته لي رشدا


Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu surga
dan hal-hal yang dapat mendekatkan aku kepadanya 
berupa ucapan dan perbuatan.
Dan aku berlindung kepada-Mu dari api neraka
dan hal-hal yang dapat mengantarkan aku kepadanya 
baik berupa ucapan maupun perbuatan.
Dan aku memohon kepada-Mu 
terhadap apa-apa yang Engkau tetapkan bagiku
dari ketetapan-Mu hendaklah kiranya Engkau menjadikan baik dampaknya bagiku
.


Wednesday 26 December 2012

EUPHORIA LISAN : TIDAK MENCELAKAKAN DIRI & ORANG LAIN


Words stop on my tongue,  Won’t pass through my fingertips. Is this writer’s block I almost fell asleep to soft cosy of the goose feather pillow on this Thursday's eve . 

Sungai Penchala
26.12.12


LARUT DALAM ATMOSTPHERE YG SANGAT PEKAT ? . . . . . [SURAH AN-NUUR AYAT 40]


"Seseorang yang berada dalam kegelapan lautan yang luas 
dan dalam diliputi gelombang,
di atasnya ada gelombang,
di atasnya lagi ada awan-awan yang lebat,
kegelapan yang pekat dan berlapis-lapis"
[Surah An-Nuur : Ayat 40]




Di kala ombak memecah di bawah permukaan air, kelihatannya perenang me'megun'kan diri seketika di tengah-tengah deburan ombak yang membadai.



The static waves across the screen

Define this notion
Back and forth in between
Like my emotion

Tamsilan Ilahi yang amat mempesonakan...
Ditafsirkan oleh Imam Al-Ghazali dalam Misykat al-Anwar:



... lautan yang luas dan dalam ... adalah hijab yang berupa keterlenaan pada dunia material dengan segala dosa yang membinasakan, serta peristiwa-peristiwa buruk dan kegelisahan-kegelisan yang menyesatkan.



... kata gelombang yang pertama adalah isyarat dari keterpesonaan oleh gelombang pelbagai syahwat hawa nafsu yang membangkitkan sifat-sifat kebinatangan, mendorong penyibukan diri dengan kesenangan-kesenangan inderawi, serta pemenuhan angan-angan murahan .... sehingga ...
"mereka makan dan bersenang-senang seperti layaknya binatang-binatang ternakan, maka nerakalah tempat kediaman mereka kelak" [ Surah Muhammad ; 12]

... ungkapan gelombang yang kedua menunjukkan ketidak-mampuan menepis rintangan dengan sifat-sifat kebuasan dan kebinatangan yang membangkitkan kemarahan, permusuhan, kebencian, kedengkian, keangkuhan, menunjuk-nunjuk dan bangga diri serta menimbun-nimbunkan harta kekayaan secara extreme.


...  awan-awan sebagai indicator dari pelacuran diri kepada kepercayaan-kepercayaan yang buruk, persangkaan-persangkaan yang menipu, dan khayalan-khayalan yang rosak, ... sehingga aura iman tertutup oleh debu kufur, seberti awan yang menghalangi pancaran sang mentari...

.